Sumba Barat Daya adalah wilayah fokus kegiatan YHS. Kabupaten ini adalah satu dari 4 kabupaten di Pulau Sumba dan 22 kabupaten/kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Luas wilayahnya 1.445,32 km², terdiri atas 11 kecamatan dan 173 desa.
Jumlah penduduknya 325.699 jiwa dengan kepadatan 225 jiwa/km² (BPS 2017). Separuh penduduknya beragama Kristen Katholik (52,79), lainnya beragama Kristen Protestan (35,79%), Islam (11,23%), Hindu (0,19%) dan Budha (0,01%).
Seperti halnya penduduk Sumba umumnya, wajah kemiskinan dan keterbelakangan dapat dijumpai di seluruh Sumba Barat Daya. Beberapa indikatornya (BPS tahun 2017) adalah penduduk miskin (29,34%; bandingkan dengan NTT 22,19% dan nasional 10,12%), pendapatan perkapita (Rp. 290.944; bandingkan dengan NTT Rp. 322.947 dan nasional Rp. 3.996.450).
Dua indikator di atas menunjukkan bahwa kantong kemiskinan di kabupaten ini masih besar. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata pendapatan penduduk yang tidak sampai 300 ribu rupiah per bulan. Potret kemiskinan di kabupaten ini tampak kasat mata dan tersebar merata di seluruh desa.
Di bidang pendidikan dan kesehatan, berikut indikatornya. Menurut BPS 2017, IPM Sumba Barat Daya sebesar 61,31, lebih rendah dari IPM NTT 63,13 dan jauh dari IPM nasional 70,18. Angka Partisipasi Murni (APM) SD adalah 80,89% (jauh di bawah APM NTT 92,95% dan nasional 93,38%). Artinya, masih terdapat 19,11% siswa SD yang tidak sesuai usia jenjang pendidikan SD (7-12 tahun).
Sedangkan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD adalah 115,39% (hampir sama dengan APK NTT 115,72% dan nasional 108%). Ini artinya, daya tampung lembaga pendidikan cukup memadai tanpa melihat usianya. Artinya, akses pendidikan cukup memadai, tapi kualitas pendidikan masih rendah.
Di sektor kesehatan, kabupaten ini berada pada peringkat kedua tertinggi gizi buruk/malnutrisi di NTT (sebanyak 364). Untuk NTT, kubupaten ini menempati urutan tertinggi kedua gizi buruk bayi (364), kedua malaria (4354), ketiga diare (6140) dan kelima HIV/AIDS.
Data Sumba Barat Daya Dalam Angka (2017) menunjukkan hanya 39,8% penduduk yang sumber air minumnya aman (16,26% dari air kemasan, leding dan sumur serta 23,54% dari mata air tak terlindung). Selebihnya bersumber dari mata air tak terlindung (24,87%), sebesar 8,52% dari air permukaan (danau, sungai, waduk, kolam dan irigasi) dan masih lebih dari seperempat penduduk yang bergantung pada air hujan (26,81%).